Kamis, 23 Agustus 2012

Guru TIK pada kurikulum 2013

Metrotvnews.com, Jakarta: Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) memantau pelatihan guru dan persiapan implementasi Kurikulum 2013 di 17 kabupaten/kota dari 10 provinsi di Tanah Air.
Hasilnya, kegagalan sistemik pelatihan guru dan sejumlah masalah krusial implementasi Kurikulum 2013 ditemukan.
Pelatihan hanya berlangsung searah dan mengedepankan ceramah. FSGI menilai ini akan berdampak pada kegagalan mengubah paradigma guru dalam pembelajaran. Ini akan menjadi sumber kegagalan implementasi Kurikulum 2013.
"Harus diingat substansi perubahan dari Kurikulum 2006 ke 2013 adalah perubahan proses pembelajaran. Dari pola guru menulis di papan tulis lalu murid mencatat atau guru menerangkan murid mendengar menjadi pola yang mengedepankan murid pengamatan, bertanya, mencoba, dan mengeksplorasi. Pola itu hanya mungkin terwujud bila mindset guru telah berubah," kata Presidium FSGI, Guntur Ismail dalam siaran pers di kantor LBH Jakarta, Kamis (11/7).

Hal ini bukan perkara mudah. Mengubah mindset guru menjadi pekerjaan rumah untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Perubahan mindset guru tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, butuh waktu bertahun-tahun. Padahal Kurikulum 2013 akan dilaksanakan dalam waktu secepatnya. Perubahan itu dilakukan dengan mendorong guru untuk terus belajar," kata Sekjen FSGI, Retno Listyarti.

Dalam pelatihan guru, sekolah kesulitan menentukan guru yang akan pelatihan. Lantaran hanya satu hingga dua guru yang diminta.

Ketika guru bahasa Indonesia dan bahasa Inggris digabung, ternyata terjadi diskriminasi. Mulai dari tempat menginap sampai keterlambatan menerima soal pretest.

Di Sumenep malah tidak terdengar hingar bingar Kurikulum 2013. Tidak ada sosialisasi dan penunjukkan sekolah yang menerapkan.

Problem teknis, adanya pelajaran yang hilang dan bertambah jamnya sehingga membingungkan pihak sekolah karena berimplikasi pada nasib guru. Di antaranya penghapusan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) di SMP dan SMA.

Selain itu, dalam Kurikulum 2013 tidak ada pedoman penjurusan atau minat di tingkat SMA. Tidak ada pula sosialisasi kepada kepala program keahlian di SMK. Ini membingungkan pihak sekolah, guru, dan murid tentunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar