Metrotvnews.com, Jakarta: Federasi Serikat Guru
Indonesia (FSGI) memantau pelatihan guru dan persiapan implementasi
Kurikulum 2013 di 17 kabupaten/kota dari 10 provinsi di Tanah Air.
Hasilnya, kegagalan sistemik pelatihan guru dan sejumlah masalah krusial implementasi Kurikulum 2013 ditemukan.
"Harus diingat substansi perubahan dari Kurikulum 2006 ke 2013 adalah
perubahan proses pembelajaran. Dari pola guru menulis di papan tulis
lalu murid mencatat atau guru menerangkan murid mendengar menjadi pola
yang mengedepankan murid pengamatan, bertanya, mencoba, dan
mengeksplorasi. Pola itu hanya mungkin terwujud bila mindset guru telah
berubah," kata Presidium FSGI, Guntur Ismail dalam siaran pers di kantor
LBH Jakarta, Kamis (11/7).
Hal ini bukan perkara mudah. Mengubah mindset guru menjadi pekerjaan rumah untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Perubahan mindset guru tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, butuh
waktu bertahun-tahun. Padahal Kurikulum 2013 akan dilaksanakan dalam
waktu secepatnya. Perubahan itu dilakukan dengan mendorong guru untuk
terus belajar," kata Sekjen FSGI, Retno Listyarti.
Dalam pelatihan guru, sekolah kesulitan menentukan guru yang akan pelatihan. Lantaran hanya satu hingga dua guru yang diminta.
Ketika guru bahasa Indonesia dan bahasa Inggris digabung, ternyata
terjadi diskriminasi. Mulai dari tempat menginap sampai keterlambatan
menerima soal pretest.
Di Sumenep malah tidak terdengar hingar bingar Kurikulum 2013. Tidak ada sosialisasi dan penunjukkan sekolah yang menerapkan.
Problem teknis, adanya pelajaran yang hilang dan bertambah jamnya
sehingga membingungkan pihak sekolah karena berimplikasi pada nasib
guru. Di antaranya penghapusan mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komputer (TIK) di SMP dan SMA.
Selain itu, dalam Kurikulum 2013 tidak ada pedoman penjurusan atau minat
di tingkat SMA. Tidak ada pula sosialisasi kepada kepala program
keahlian di SMK. Ini membingungkan pihak sekolah, guru, dan murid
tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar